Baju Adat Bugis Pria Pernikahan: Simbol Kehormatan, Wibawa, dan Identitas Lelaki. Pakaian tradisional Bugis adalah salah satu warisan budaya Sulawesi Selatan yang kaya warna, makna, dan sejarah.
Untuk pria Bugis, pakaian adat tidak sekedar busana, melainkan penanda identitas etnis, status sosial, dan fungsi upacara.
Admin tigapuluh kali ini membahas secara mendalam tentang baju adat Bugis pria: mulai dari sejarah singkat, komponen utama seperti jas tutu’, lipa sabbe, dan songkok, hingga makna simbolis, aturan pemakaian dalam upacara, perawatan, dan bagaimana busana ini beradaptasi ke gaya modern.
1. Sekilas sejarah: dari laut Sulawesi ke lemari modern
Masyarakat Bugis, sebagai salah satu kelompok etnis terbesar di Sulawesi Selatan, memiliki tradisi maritim dan kebudayaan yang berkembang puluhan hingga ratusan tahun.
Busana adat mereka berkembang seiring kontak dengan perdagangan antar pulau dan masuknya agama serta budaya luar, sehingga unsur tradisional berpadu dengan gaya baru namun tetap mempertahankan identitas lokal.
Sejarawan dan antropolog mencatat bahwa unsur pakaian Bugis mencerminkan stratifikasi sosial dan fungsi ritual dalam komunitasnya.
Catatan: klaim bahwa “baju bodo” (busana wanita Bugis) merupakan salah satu busana tertua dunia sering ditemui dalam literatur populer namun sebaiknya dipahami sebagai klaim kultural yang perlu bukti arkeologis lebih lanjut.
Untuk pria, bentuk modern pakaian adat lebih dipengaruhi adaptasi pasca-islamisasi dan kontak dagang.
2. Komponen utama baju adat Bugis pria
Berikut komponen yang paling sering ditemukan saat pria Bugis mengenakan pakaian adat tradisional, khususnya pada acara resmi seperti pernikahan, upacara adat, atau pesta kebudayaan:
a. Jas Tutu’ (Tutu’ jacket)
Jas yang disebut tutu’ adalah bagian atas yang menyerupai jas/vest tertutup dengan kerah dan lengan panjang.
Jas ini biasanya berpotongan rapi, berwarna gelap (misalnya hitam) untuk acara formal, dan dipakai menutupi dada sehingga mencerminkan kesopanan serta kedewasaan.
Jas tutu’ sering dipadukan dengan aksesoris perak atau kancing khas. Museum Daerah Maros+1
b. Lipa Sabbe (sarung tenun khas)
Lipa Sabbe adalah sarung tenun khas Bugis-Makassar, umumnya terbuat dari serat halus (dalam versi klasik: sutera atau benang halus) dengan motif dan warna yang mencolok.
Untuk pria, lipa dipakai sebagai bawahan baik dililitkan sebagai sarung maupun sebagai kain panjang.
Motif dan warna lipa kerap membawa arti tertentu, termasuk status dan fungsi acara.
c. Songkok / Tutup kepala tradisional
Pria Bugis biasanya mengenakan penutup kepala saat berpakaian adat.
Tipe dan nama bisa berbeda sesuai wilayah: misalnya songkok pa’biring atau variasi songkok lokal yang dipakai bersama jas tutu’.
Penutup kepala ini melengkapi penampilan formal dan menunjukkan rasa hormat saat menghadiri upacara. Museum Daerah Maros
d. Celana atau Paroci & Aksesori
Selain lipa, ada pula pemakaian celana panjang khusus atau paroci (jenis celana tradisional) ketika jas tutu’ dipakai. Aksesori berupa ikat pinggang, kancing hias, dan kadang perhiasan perak atau emas untuk acara pernikahan juga sering ditemukan.
Dokumen-dokumen etnografi menunjukkan kombinasi unsur-unsur ini sebagai pakaian resmi pria Bugis. Scribd+1
3. Makna simbolis tiap elemen
Pakaian tradisional tidak hanya estetika. Pada komunitas Bugis, tiap warna, motif, dan elemen busana seringkali mengandung arti:
Warna gelap jas (mis. hitam untuk jas tutu’) sering menyiratkan formalitas dan keseriusan acara; warna-warna cerah pada lipa menunjukkan kemeriahan atau status keluarga.
Motif tenun lipa dapat menandakan asal daerah, keterampilan pengrajin, atau kelas sosial motif yang lebih rumit seringkali diasosiasikan dengan upacara penting.
Songkok menandakan sopan santun dan, dalam beberapa konteks, pengaruh Islam dalam budaya berpakaian.
Penggunaan penutup kepala pada acara agama atau adat adalah ekspresi penghormatan. Museum Daerah Maros
4. Cara memakai baju adat Bugis pria (langkah praktis)
Kalau Anda ingin memakai set adat Bugis pria untuk acara, berikut langkah praktis sederhana:
Kenakan pakaian dasar, kemeja lengan panjang tipis jika perlu (tergantung versi jas tutu’ yang dipakai).
Pakai jas tutu’, pastikan kancing rapi dan lengan pas. Jas ini menjadi center-piece.
Pasang lipa sabbe lilitkan atau pakai sebagai sarung sesuai panjang tubuh; motif harus berada di posisi estetis (depan/sekitar pinggang).
Lengkapi dengan penutup kepala pasang songkok tradisional; untuk upacara agama pilih yang rapi dan sopan.
Tambahkan aksesori bila diperlukan, ikat pinggang, kancing hias, sepatu formal atau selop tradisional sesuai kesempatan. Scribd
5. Baju adat Bugis dalam upacara: kapan dipakai?
Pakaian adat pria Bugis muncul dominan pada berbagai acara resmi:
Pernikahan adat pengantin pria atau keluarga memakai jas tutu’ lengkap dengan lipa mewah dan perhiasan.
Upacara adat dan syukuran tokoh adat, keluarga, dan tamu kehormatan sering menggunakan set tradisional. Museum Daerah Maros
Festival budaya, pertunjukan dan perayaan tradisional menampilkan ragam busana adat Bugis untuk mempromosikan warisan.
6. Perbedaan regional & variasi modern
Meski ada pola umum, pakaian adat Bugis dapat berbeda antar wilayah (Bone, Wajo, Soppeng, dll.) mulai dari potongan jas, motif lipa, sampai nama aksesoris.
Selain itu, tren modern telah membawa adaptasi seperti bahan yang lebih nyaman, potongan jas yang dipengaruhi tuksedo modern, dan motif lipa yang dicetak massal untuk pasar souvenir dan pernikahan modern.
Ini membuat busana adat tetap relevan tanpa kehilangan akar tradisi.
7. Membeli & merawat: tips praktis
Membeli:
Cari penenun lokal untuk lipa sabbe asli (kualitas kain tenun lebih baik dan motif otentik).
Situs lokal, butik tradisi, atau pasar seni Sulawesi Selatan sering menjual lipa asli. detikcom+1
Merawat:
Tenun dan kain halus sebaiknya dicuci tangan dengan sabun lembut, tidak diperas keras, dijemur terbalik dan diangin-anginkan agar warna tetap cerah.
Jas tutu’ berbahan halus sebaiknya disimpan rapi dan dibersihkan secara profesional jika ada detail perhiasan.
8. Bagaimana baju adat Bugis tampil di era digital & pariwisata
Promosi budaya melalui festival, konten media sosial, dan produk wedding membuat motif Bugis semakin dikenal.
Namun, ada tantangan: komodifikasi tanpa pengakuan untuk pengrajin. Oleh karena itu, upaya pelestarian yang melibatkan komunitas lokal mis. lokakarya tenun, sertifikasi produk sangat diperlukan agar manfaat ekonomi mengalir ke pembuat budaya itu sendiri.
9. Inspirasi gaya: memadukan adat dan modern
Jika Anda ingin memakai unsur Bugis secara modern (mis. untuk resepsi pernikahan atau acara formal di kota), beberapa ide:
Kombinasikan jas tutu’ klasik dengan celana panjang potongan modern untuk kesan formal kontemporer.
Gunakan lipa sabbe sebagai aksen (ikat pinggang atau stola pendek) agar tetap menghormati tradisi tanpa berlebihan.
Padukan songkok tradisional dengan jas modern untuk sentuhan identitas kultural.
10. Kesimpulan: baju adat Bugis pria-warisan hidup yang terus bertumbuh
Baju adat Bugis pria (dengan jas tutu’, lipa sabbe, dan songkok) adalah simbol identitas yang kaya makna.
Selain berfungsi praktis dalam upacara, pakaian ini memuat bahasa visual tentang status, estetika, dan sejarah komunitas Bugis.
Di era modern, tantangan dan kesempatan muncul bersamaan: bagaimana menjaga keaslian sambil mengizinkan inovasi yang menghormati akar budaya?
Jawabannya terletak pada pelibatan penenun, dokumentasi, dan pendidikan budaya—supaya generasi mendatang tetap mengenal dan memakainya dengan bangga








