Tidak Semua Pertanyaan yang Diajukan Guru kepada Siswa adalah Pertanyaan Pemantik

tidak semua pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa adalah pertanyaan pemantik
tidak semua pertanyaan yang diajukan guru kepada siswa adalah pertanyaan pemantik

Tidak Semua Pertanyaan yang Diajukan Guru kepada Siswa adalah Pertanyaan Pemantik. Dalam konteks pendidikan, interaksi antara guru dan siswa memainkan peran penting dalam proses belajar mengajar.

Salah satu metode yang sering digunakan guru untuk merangsang pemikiran dan keterlibatan siswa adalah dengan mengajukan pertanyaan.

Namun, tidak semua pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dikategorikan sebagai pertanyaan pemantik.

Baca juga: Ibu Yuki dan Pelaksanaan PJJ Modul 2 Kurikulum Merdeka, Ternyata …

Tidak Semua Pertanyaan yang Diajukan Guru kepada Siswa adalah Pertanyaan Pemantik

Artikel ini akan membahas perbedaan antara pertanyaan pemantik dan pertanyaan lainnya, serta pentingnya pemilihan jenis pertanyaan dalam pembelajaran.

Pertanyaan Pemantik?

Pertanyaan pemantik adalah jenis pertanyaan yang dirancang untuk merangsang rasa ingin tahu siswa, mendorong mereka untuk berpikir kritis, dan mengajak mereka berpartisipasi aktif dalam diskusi.

Pertanyaan ini biasanya terbuka, artinya tidak ada jawaban tunggal yang benar. Contoh pertanyaan pemantik bisa berupa, “Apa yang kalian pikirkan tentang dampak perubahan iklim?” atau “Mengapa kita perlu menghargai keberagaman budaya?”

Tujuan dari pertanyaan pemantik adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis, di mana siswa merasa nyaman untuk berbagi pendapat dan menjelajahi ide-ide baru.

Baca juga: Prinsip Holistik dalam Pembuatan Modul Projek Berarti …

Dengan cara ini, guru dapat membimbing siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreativitas.

Jenis Pertanyaan Lain dalam Pembelajaran

Meskipun pertanyaan pemantik memiliki peran penting, guru juga sering mengajukan jenis pertanyaan lain, yang mungkin tidak sepenuhnya berfungsi sebagai pemicu pemikiran. Beberapa jenis pertanyaan tersebut antara lain:

Pertanyaan Faktual: Pertanyaan ini mengharuskan siswa untuk memberikan informasi spesifik atau menjawab dengan fakta.

Contohnya, “Apa ibu kota Indonesia?” atau “Siapa penemu listrik?” Meskipun penting untuk mengukur pengetahuan dasar, pertanyaan ini tidak selalu mendorong siswa untuk berpikir lebih dalam.

Pertanyaan Penutup: Pertanyaan ini sering kali bersifat tertutup dan biasanya memerlukan jawaban ya atau tidak. Contohnya, “Apakah kalian sudah mengerjakan PR?” Jenis pertanyaan ini dapat memberikan informasi cepat, tetapi kurang mendorong diskusi atau eksplorasi lebih lanjut.

Pertanyaan Mengarahkan: Pertanyaan ini dirancang untuk mengarahkan siswa ke arah pemahaman tertentu.

Misalnya, “Apa yang ingin kalian capai dengan belajar tentang sejarah?” Pertanyaan ini bisa bermanfaat, tetapi jika terlalu mengarah, siswa mungkin tidak merasa bebas untuk mengeksplorasi ide-ide mereka sendiri.

Dampak Pemilihan Pertanyaan Terhadap Pembelajaran

Pemilihan jenis pertanyaan yang tepat sangat penting untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.

Pertanyaan pemantik dapat meningkatkan keterlibatan siswa, sementara pertanyaan yang lebih faktual atau tertutup mungkin tidak memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan pemikiran mereka secara kreatif.

Penggunaan pertanyaan yang beragam juga dapat membantu guru dalam menilai pemahaman siswa. Dengan mengombinasikan pertanyaan pemantik dan pertanyaan lain, guru dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang apa yang siswa ketahui dan bagaimana cara mereka berpikir.

Tidak semua pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa adalah pertanyaan pemantik.

Meski pertanyaan pemantik memiliki peran yang sangat penting dalam merangsang pemikiran kritis dan partisipasi siswa, guru juga perlu menggunakan berbagai jenis pertanyaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih komprehensif.

Dengan memahami perbedaan ini dan menerapkan pertanyaan yang tepat, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif dan produktif, mendukung perkembangan keterampilan berpikir siswa di era Kurikulum Merdeka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *