BISNIS  

Mengenal 4 Instrumen Investasi dan Peluang Untung Rugi

Mengenal 4 Instrumen Investasi dan Peluang Untung Rugi. Investasi adalah hal penting yang harus dilakukan seseorang untuk melindungi nilai asetnya.

Bayangkan sebuah ilustrasi dimana Anda memiliki uang Rp100 juta dan memutuskan untuk menyimpannya dalam kartu debit, dengan rata-rata inflasi dalam setahun 3 persen. 10 tahun kemudian harta yang Anda miliki di tabungan nilai riilnya menurun menjadi sekitar Rp70 jutaan.

Hal tersebut belum termasuk biaya administrasi yang harus Anda bayar setiap bulannya kepada bank tempat Anda menyimpan. Dengan demikian, nilai riil uang yang selalu menurun mengharuskan kita untuk menginvestasikan aset yang kita miliki.

Baca Juga: Harga Laptop Lenovo IdeaPad 320-14AST Hanya 3 Juta, Kualitas Mantap!

Saat ini terdapat berbagai jenis instrumen investasi yang bisa Anda coba. Dalam artikel ini, kami ingin mengenalkan kepada Anda tentang berbagai jenis instrumen tersebut.

Mengenal 4 Instrumen Investasi dan Peluang Untung Rugi

Kenalilah cara kerja berbagai instrumen berikut dan ketahui untung-ruginya!

Instrumen Investasi

1. Deposito

Bentuk investasi yang paling lazim digunakan orang adalah deposito berjangka. Hampir setiap bank memiliki produk investasi ini. Cara kerjanya pun amat sederhana dan gampang dipahami awam.

Baca Juga: Cara Antispasi KTP Agar Tidak Berujul Orang Lain

Jadi Anda diminta menyetor sejumlah dana kepada bank dalam jangka waktu tertentu, biasanya mulai dari 3 bulan hingga 10 tahun. Selama jangka waktu tersebut, Anda akan dijanjikan sejumlah bunga.

Sebagai contoh, sebagian besar bank biasanya memberikan bunga sekitar 6% dalam setahun untuk deposito berjangka. Anda harus menaruh minimum modal agar bisa mulai investasi lewat instrumen ini. Sebagian bank menetapkan modal minimal sebesar Rp500 ribu per bulan hingga Rp5 juta per tahun.

Kelebihan jenis investasi ini adalah tingkat pengembaliannya tetap, sehingga risikonya lebih rendah. Anda akan mendapatkan keuntungan yang relatif lebih pasti lewat instrumen ini.

Sementara kekurangannya adalah Anda tidak dapat mencairkan uang yang telah didepositokan sebelum masa tenor berakhir. Apabila Anda ingin mencairkannya, Anda akan dikenakan penalti sekian persen sebagai konsekuensinya.

Baca Juga: Cara Membersihkan File Tersisa, Setelah Uninstall di Aplikasi Android

2. Saham

Selain deposito, saham merupakan produk investasi yang sangat populer saat ini. Secara teknis, ketika Anda membeli saham di bursa, itu artinya Anda membeli sekian persen kepemilikan perusahaan yang menjual sahamnya.

Dengan membeli surat kepemilikan tersebut, Anda memiliki kekuatan untuk menentukan komisaris dan arah kebijakan perusahaan, tentu akan sangat bergantung pada besaran persentase kepemilikan saham.

Semakin besar persentase kepemilikan, semakin besar pula kekuatan Anda dalam perusahaan itu. Biasanya, keuntungan dari investasi saham berasal dari dua sumber.

Pertama, berasal dari capital gain. Jadi, katakanlah Anda membeli 100 lembar saham dengan harga Rp10 juta hari ini. Keesokan harinya, ternyata 100 lembar tersebut valuasinya meningkat menjadi Rp15 juta.

Baca Juga: Mengenal Jenis Uang Kripto, Sebelum Terjun Dunia Trading

Dengan demikian, Anda bisa mendapatkan imbal hasil sebesar Rp5 juta dikurangi biaya administrasi dan pajak bila Anda memutuskan menjual saham Anda.

Anda bisa mendapatkan capital gain dalam hitungan hari, bahkan jam, bergantung sentimen pasar pada emiten saham yang Anda miliki. Pada prinsipnya, capital gain didapatkan ketika Anda ‘beli murah, jual mahal’.

Kedua, selain capital gain, Anda bisa mendapatkan keuntungan berupa dividen. Dividen merupakan sebagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada pemilik saham.

Besaran keuntungan ini sangat bergantung pada persentase kepemilikan Anda pada perusahaan yang memberikan dividen.

Sayangnya, tidak semua perusahaan rutin memberikan dividen. Namun biasanya perusahaan plat merah rutin memberikan labanya untuk pemilik saham.

Tidak seperti deposito, kelemahan instrumen investasi adalah pada tingkat pengembaliannya yang tidak menentu.

Anda bisa saja mendapat keuntungan sangat tinggi, namun bisa juga tidak mendapat untung sama sekali atau bahkan malah merugi.

Hal ini bergantung pada banyak faktor, mulai dari kinerja perusahaan, kondisi ekonomi, hingga kondisi psikologis pasar saham. Cermati dan analisislah faktor-faktor tersebut agar investasi Anda maksimal.

Rutin melakukan analisis teknikal terkait laporan historikal keuangan perusahaan, faktor global, pergerakan mata uang, kondisi ekonomi, politik nasional, dan faktor-faktor lain yang ada di media.

Mengenal Instrumen Investasi dan Peluang Untung Rugi

3. Cryptocurrency

Cryptocurrency atau mata uang digital merupakan instrumen investasi yang relatif baru, namun sangat populer belakangan ini. Bagaimana tidak, nilai salah satu mata uang digital, bitcoin, dalam waktu 5 tahun terakhir meningkat secara ekstrem menjadi US$9.566. Padahal pada tahun 2012, bitcoin hanya memiliki nilai US$5-7 per kepingnya.

Itu artinya, dalam waktu 5 tahun mereka yang memiliki bitcoin 100 keping pada tahun 2012 sudah bisa jadi jutawan.

Mata uang digital tidak memiliki bentuk fisik, tapi Anda tetap bisa menggunakannya untuk bertransaksi secara digital/virtual. Mata uang ini pun bisa ditukar ke dalam bentuk fisik.

Cara kerja instrumen investasi ini mirip seperti capital gain saham. Anda membeli murah dan berekspektasi menjualnya dengan harga yang lebih mahal.

Selain membeli, Anda bisa mendapatkan mata uang ini dengan cara ‘menambang’. Tentu ‘menambang’ di sini berarti ‘menambang’ secara virtual. Jadi Anda diminta untuk memecahkan kode enskripsi yang rumit untuk mendapat sekian mata uang digital.

Bila tidak mau repot memecahkan kode tersebut secara manual, Anda bisa memasang program khusus di komputer Anda sebagai bantuan. Tapi untuk menjalankan program ini Anda harus memiliki kapasitas komputer yang tinggi.

Keuntungan investasi lewat mata uang digital memang sangat tinggi. Namun seiring dengan tingginya tingkat keuntungan, risiko instrumen pun ikut tinggi.

Tidak seperti saham, mata uang digital tidak punya basis ekonomi riil. Bila Anda berinvestasi di saham, Anda bisa melihat kinerja emiten yang sahamnya Anda beli dan potensi pasarnya.

Sementara ketika berinvestasi pada instrumen ini, Anda sepenuhnya harus memperhatikan sentimen pasar cryptocurrency. Bila sentimennya positif, maka nilai cryptocurrency akan naik. Namun bila negatif, maka hal sebaliknya akan terjadi.

Tingkat fluktuasi mata uang ini terhadap mata uang fisik juga cukup tinggi. Sebagai ilustrasi, harga 1 bitcoin Anda pagi ini bisa saja bernilai US$9.566, tapi siangnya Anda bisa mendapati bitcoin tersebut berubah nilainya menjadi US$9.500, dan sorenya menjadi sebesar US$10.000. Hal tersebut membuat risiko pada instrumen ini sulit diprediksi!

Mengenal 4 Instrumen Investasi dan Peluang Untung Rugi

4. P2P Lending
Produk yang bisa Anda coba adalah investasi online peer to peer lending (P2P lending). Produk yang memungkinkan Anda berinvestasi secara daring ini memang relatif baru di Indonesia.
Kendati demikian, Anda bisa mendapatkan imbal hasil yang cukup besar dan keamanan yang relatif terjamin.

Sebagai contoh, di KoinWorks Anda bisa mendapatkan keuntungan bunga flat sebesar 9-20% dalam setahun.

Dari segi keamanan, KoinWorks menyediakan dana proteksi yang bisa digunakan untuk mengganti kerugian modal pokok yang tersisa bila sewaktu-waktu debitur gagal bayar.

Kendati demikian, individu atau perusahaan yang gagal bayar di KoinWorks masih terhitung rendah, yakni di bawah 0,5%.

Kelebihan investasi pada sektor ini adalah cara kerjanya yang mudah dipahami.

Perusahaan P2P lending bertindak sebagai marketplace di mana Anda bisa menentukan individu/perusahaan mana yang akan Anda pinjami uang.

Anda juga bisa melihat seberapa besar persentase imbal hasil, tenor, dan skor kreditnya berbagai individu/perusahaan dari aplikasi dan website perusahaan P2P lending.

Selain itu, Anda bisa mulai investasi dengan modal yang relatif rendah. Di KoinWorks Anda bisa mulai investasi dengan modal minimal mulai dari Rp100 ribu tanpa nominal maksimal.

Dari segi risiko sebenarnya mirip seperti obligasi. Faktor inflasi menentukan seberapa besar imbal hasil riil yang akan Anda dapatkan dalam jangka panjang.

Sementara itu, risiko gagal bayar oleh Peminjam tetap mungkin terjadi di sektor investasi ini.

5. Obligasi

jenis investasi terpercaya – obligasi
Instrumen yang satu ini mirip seperti deposito. Bedanya, imbal hasil yang bisa Anda dapatkan cenderung dinamis.

Ketika Anda membeli obligasi atau surat utang, akan mendapat kepastian mengenai berapa nominal imbal hasil atau kupon dengan jumlah yang ‘cenderung pasti’.

Imbal hasil tersebut cenderung pasti karena Anda bisa menjual obligasi yang Anda miliki di pasar sekunder. Sebagai contoh, bayangkan ilustrasi berikut:

Anda memutuskan untuk membeli obligasi Rp100 juta dalam jangka waktu 1 tahun dengan bunga 6%. Itu artinya Anda akan mendapat imbal hasil sebesar Rp6 juta atau total kembalian sebesar Rp106 juta ketika sudah jatuh tempo.

Namun, sebelum jatuh tempo selesai, Anda memiliki peluang untuk menjual surat obligasi tersebut, misalkan, dengan harga Rp101 juta.

Itu artinya, Anda memutuskan untuk mengambil untung hanya 1% saja. Hal ini memungkinkan Anda untuk mengurangi risiko penurunan nilai riil surat utang Anda akibat inflasi atau perusahaan gagal bayar.

Anda juga bisa membeli obligasi yang dikeluarkan pemerintah yang memiliki risiko sangat rendah. Risiko obligasi pemerintah sangat rendah sebab pemerintahan relatif tidak mungkin gagal bayar dibanding perusahaan.

Sebagaimana sudah disinggung sedikit, risiko dari instrumen investasi ini terletak pada inflasi tahunan. Inflasi selalu berarti bahwa terjadi depresiasi atas nilai uang.

Sebagai ilustrasi, sebut saja inflasi dalam setahun adalah 3%, sementara kupon obligasi tahunan Anda adalah 6%.

Artinya, secara riil, keuntungan yang Anda dapatkan hanyalah 3%. Variabel inflasi yang tidak menentu adalah penyumbang terbesar risiko instrumen investasi ini.

6. Reksadana

Reksadana adalah salah satu instrumen investasi. Kalau Anda tidak mau repot meluangkan waktu menganalisis kondisi pasar uang untuk mengetahui instrumen mana yang kira-kira menguntungkan, maka salurkanlah modal investasi Anda melalui reksadana.

Cara kerja instrumen ini mirip seperti saham. Jadi, Anda membeli sekian lembar reksadana dari perusahaan yang Anda percaya. Nanti, uang yang Anda berikan kepada mereka akan dikelola oleh manajer investasi.

Uang tersebut akan diputar dan hasil keuntungannya akan diberikan kepada Anda setelah dipotong dengan jasa dan sebagian keuntungan yang diambil perusahaan reksadana.

Tersedia varian reksadana yang bisa Anda beli. Varian yang Anda beli bisa berpengaruh pada sektor apa manajer investasi akan menyalurkan uang Anda.

Bila Anda memutuskan membeli reksadana saham, artinya manajer investasi akan mengelola sebagian besar uang Anda pada sektor saham.

Sementara bila Anda membeli reksadana pendapatan tetap, maka sebagian besar uang Anda akan disalurkan ke instrumen obligasi.

Instrumen ini cenderung lebih aman dibanding Anda mengelola langsung portofolio saham atau obligasi Anda, sebab manajer investasi meluangkan waktu lebih banyak untuk menganalisis berbagai instrumen investasi untuk Anda dan sudah pasti mereka ahli di bidangnya.

Dari segi risiko, reksadana sama halnya seperti saham dan obligasi. Tetap ada risiko kerugian akibat kegagalan perusahaan atau pesimisme pasar.

Selain itu, keuntungan yang Anda dapatkan juga harus dipotong untuk membayar manajer investasi, perusahaan reksadana, dan pajak.

Kesimpulan

Terakhir yaitu kesimpulan. Nah itu dia berbagai jenis instrumen investasi yang bisa Anda coba. Setiap sektor investasi memang memiliki risiko. Semakin tinggi keuntungannya, maka semakin besar risiko yang Anda hadapi.

Bila Anda seorang yang berani mengambil risiko tinggi, saham dan cryptocurrency adalah sarana investasi yang cocok untuk Anda.

Namun bila Anda mencari moda investasi yang aman, maka deposito, obligasi, dan reksadana lebih disarankan.

Jika Anda ingin mulai investasi dengan modal rendah, namun imbal hasil tinggi, maka investasi lewat KoinWorks dapat menjadi sarana terbaik.

Versifikasikan portofolio Anda untuk mengurangi risiko investasi, karena bila sewaktu-waktu salah satu investasi Anda mengalami kegagalan, Anda masih sangat mungkin mendapatkan keuntungan investasi di sektor yang lainnya.

Seperti kata pepatah, “jangan taruh semua telur Anda dalam satu keranjang!”

Itulah sedikit informasi Mengenal 4 Instrumen Investasi dan Peluang Untung Rugi. Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua, teruntuk bagi para pelaku investasi. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *