BISNIS  

Bank Neo Commerce (BBYB) dan Akulaku Group: Transformasi Strategis Menuju Kepatuhan Regulasi dan Pertumbuhan Berkelanjutan

Bank Neo Commerce
Bank Neo Commerce

Bank Neo Commerce (BBYB) dan Akulaku Group: Transformasi Strategis Menuju Kepatuhan Regulasi dan Pertumbuhan Berkelanjutan. Bank Neo Commerce (BNC), yang dikenal dengan kode saham BBYB, tengah menjalani fase transformasi signifikan seiring dengan langkah strategis Akulaku Group dalam menyesuaikan kepemilikan sahamnya.

Langkah ini bertujuan untuk memenuhi ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memperkuat posisi BNC di industri perbankan digital Indonesia.

Divestasi Saham oleh Akulaku Group

Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada 15 November 2024, disetujui rencana Akulaku Group untuk melakukan divestasi saham di BNC secara bertahap.

Bank Neo Commerce (BBYB) dan Akulaku Group: Transformasi Strategis Menuju Kepatuhan Regulasi dan Pertumbuhan Berkelanjutan

Divestasi ini akan dilakukan minimal 2% per tahun selama maksimal lima tahun, hingga kepemilikan saham Akulaku Group mencapai batas maksimal 30%, sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 56 Tahun 2016 yang mengatur batas kepemilikan perusahaan non-keuangan di sektor perbankan.

Sebelumnya, Akulaku Group, melalui PT Akulaku Silvrr Indonesia dan Rockcore Financial Technology Co. Ltd, menguasai sekitar 39,95% saham BBYB.

Divestasi ini membuka peluang bagi investor strategis baru untuk masuk, baik melalui penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) maupun aksi korporasi lainnya.

Kinerja Keuangan yang Meningkat

Meski menghadapi tantangan, BNC berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif.

Pada kuartal I 2024, BNC membukukan laba bersih sebesar Rp14,23 miliar, berbalik dari rugi Rp68,4 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 19,36% year-on-year menjadi Rp825,52 miliar.

Namun, total kredit yang disalurkan mengalami penurunan 13,87% year-on-year menjadi Rp9,4 triliun per Maret 2024.

Rasio kredit bermasalah (NPL) gross meningkat menjadi 3,94%, sementara NPL net menurun menjadi 1,3%.

Strategi Operasional dan Digitalisasi

Direktur Utama BNC, Eri Budiono, menyatakan bahwa bank terus mengoptimalkan layanan digital dan efisiensi operasional.

Hal ini tercermin dari penurunan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) menjadi 99,88% pada kuartal III 2024, dari sebelumnya 116,91% pada kuartal III 2023 .

BNC juga memperluas penyaluran kredit ke segmen korporasi, dengan peningkatan sebesar 88,01% year-on-year menjadi Rp2,31 triliun pada September 2024 .

Hubungan dengan Akulaku dan Prospek Masa Depan

Meskipun Akulaku Group melakukan divestasi, hubungan strategis antara BNC dan Akulaku tetap terjaga.

Keduanya terus berkolaborasi dalam pengembangan layanan keuangan digital.

Langkah divestasi ini diharapkan dapat memperkuat struktur permodalan BNC dan membuka peluang bagi investor baru untuk berkontribusi dalam pertumbuhan bank digital ini.

Dengan strategi yang adaptif dan fokus pada digitalisasi, Bank Neo Commerce menunjukkan komitmen untuk tumbuh secara berkelanjutan dan memenuhi ekspektasi regulator serta para pemangku kepentingan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *